Alhamdulillah! Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan atas Nabi kita, segenap keluarga dan para sahabatnya.
Sebuah hadits agung yang diriwayatkan langsung oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dari Rabb-nya, bahwa Allah berfirman:
« كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به » [رواه الإمام البخاري في صحيحه ج2 ص226 من حديث أبي هريرة رضي الله عنه]“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”.[HR Bukhari, Shahih: 7/226 dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu].
Ini merupakan hadits yang mengandung "fadhilah puasa dan keistimewaannya" dibandingkan dengan ibadah lainnya, dan bahwa Allah ta’ala telah mengkhususkan ibadah puasa ini untuk-Nya.
Para ulama telah memberikan penjelasan makna redaksi hadits “ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung ” dengan beberapa makna, diantaranya:
Pertama, bahwa semua amalan anak adam bisa dijadikan sebagai tebusan atas qishash/pembayaran kezalimannya antara dia dengan orang-orang yang ia zalimi. Bila ia memiliki sifat zalim, maka orang-orang yang ia zalimi akan menuntut dia dihari kiamat kelak dengan mengambil beberapa amalan kebaikan/pahalanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits lain, dimana seseorang pada hari kiamat kelak datang dengan membawa pahala amalan-amalan shalih laksana gunung, akan tetapi ketika didunia ternyata telah mencela orang lain, atau memukulnya, atau memakan harta orang lain secara zalim, sehingga pahala-pahalanya tersebut diambil darinya, dan diberikan pada orang-orang yang ia zalimi, hingga bila pahalanya telah habis dibagi-bagi, maka dosa-dosa orang-orang yang ia zalimi yang belum mendapat bagian pahalanya, dipindahkan padanya, lalu ia dijerumuskan kedalam neraka. (lihat: Shahih Imam Muslim: 4/1997 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Semua pahala amalan tersebut bisa dijadikan tebusan kecuali puasa, pahalanya tidak bisa diserahkan kepada orang-orang yang dizalimi, sebab Allah sendirilah yang menabungnya bagi orang yang berpuasa, dan memberikan ganjarannya padanya, dan ini sesuai dengan redaksi hadits dalam riwayat lain:
« كل عمل ابن آدم له كفارة إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به »
“Semua amalan anak adam bisa dijadikan tebusan (bagi orang-orang ia zalimi), kecuali puasa, karena ia adalah untuk-Ku, dan Aku sendirilah yang akan memberikan ganjaran untuknya”.
Kedua, juga dikatakan: makna “sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung”, yaitu puasa merupakan amalan batin yang hakikatnya tidak diketahui kecuali Allah ta’ala, dan orang yang melakukannya sendiri, sebab ia merupakan ibadah yang berbentuk niat dalam hati, berbeda dengan semua amalan lainnya, yang bisa dilihat dan nampak oleh mata orang lain. Adapun puasa, maka ia lebih pada amalan yang bersifat rahasia antara hamba dan Rabb-nya, sebab itu dalam riwayat lain disebutkan:
« الصوم لي وأنا أجزي به ، إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي »
“Puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung, sebab ia telah meninggalkan hawa nafsu, makan, dan minumnya karena-Ku”.
Tentunya meninggalkan hawa nafsu, dan makan semata-mata karena Allah, merupakan amalan batin, dan niat yang tersembunyi, tidak diketahui kecuali oleh Allah ta’ala. Ini berbeda dengan sedekah, shalat, haji, dan amalan-amalan lahir lainnya, sebab amalan-amalan ini bisa dilihat oleh orang lain, sementara puasa tidak bisa dilihat oleh seorangpun karena hakikat puasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan dan minum atau semua jenis pembatal puasa, namun lebih dari itu ialah harus benar-benar ikhlas dan sungguh-sungguh, dan ini tentunya tidak bisa diketahui kecuali Allah Azza wa Jalla. Sebab itu, redaksi hadits: “sebab ia telah meninggalkan hawa nafsu, makan, dan minumnya karena-Ku” merupakan penjelasan dari hadits: “puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung”.
Ketiga, di antara ulama ada yang mengatakan bahwa makna hadits: “puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung“ yaitu puasa tidaklah dimasuki oleh dosa kesyirikan, sebagaimana halnya amalan lain yang bisa saja dimasuki kesyirikan, dan dipersembahkan kepada selain Allah seperti nadzar, menyembelih hewan, dan jenis ibadah lainnya seperti doa, rasa takut, raja (harapan), yang mana kaum musyrikin seringkali beribadah pada tuhan sesembahan mereka selain Allah dengan ibadah-ibadah seperti ini, kecuali puasa. Tidak ada satu kaum musyrikpun yang menyatakan bahwa ia berpuasa untuk berhala, dan tuhan-tuhan sesembahan mereka selain Allah, sebab puasa merupakan ibadah khusus untuk Allah ta’ala. Ringkasnya, makna : “puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran pada-Nya secara langsung” adalah bahwa puasa tidak dimasuki oleh jenis kesyirikan, sebab tidak ada satu musyrikpun yang menyatakan bahwa ia berpuasa untuk berhala, dan tuhan-tuhan sesembahan mereka selain Allah ta’ala.
Wallaahu a’lam.
[Sumber: Fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafidzhahullah | www.almoslim.net | wahdahislamiyah]
Lalu, hal-hal apa lagikah yang kiranya perlu untuk kita ketahui terkait ibadah istimewa, puasa di bulan Ramadhan dan bulan-bulan baik lainnya ini?
Berikut adalah PAKET SPESIAL RAMADHAN yang dijamin awet, tetap segar, dan senantiasa renyah dari tahun ke tahun.
Semoga bermanfaat!
0 komentar:
JANGAN RAGU!
Tuliskanlah apa yang ingin anda sampaikan ... !