Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,Untuk memeluk Islam, kita di syari'atkan untuk mengucapkan dua kalimah syahadat: "Laila ha ilallah - Muhammadar Rasulullah."
Allah telah mengutus nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya.
Dengan segala jasa beliau kepada umat manusia, lalu Allah menyebutkan tindakan yang pantas untuk dilakukan kepada belliau, yakni mengucapkan shalawat. Allah swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berShalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah Salam penghormatan kepadanya" (QS Al-Ahzab [33]:56)
- Bershalawat" artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan: "Allahuma shalli ala Muhammad".
- Sedangkan Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna.
Kaidah ushul menyebutkan, asal perintah adalah untuk menunjukkan kewajiban. Dengan adanya kaidah ini, perintah Allah untuk bershalawat di dalam surat al-Ahzab bisa difahami sebagai sebuah kewajiban. Namun di sini para ulama’ berbeda pendapat tentang kapan pelaksanaan kewajiban ini. Ada di antara mereka mengatakan kewajibannya adalah sekali dalam seumur hidup.
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa shalawat di dalam tasyahhud adalah wajib. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah swt telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.” Dan ada pula yang mengatakan bahwa perintah di dalam ayat di atas dimaknai dengan sunnah saja.
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa shalawat di dalam tasyahhud adalah wajib. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah swt telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.” Dan ada pula yang mengatakan bahwa perintah di dalam ayat di atas dimaknai dengan sunnah saja.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad adalah UTUSAN ALLAH kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa yang TIDAK BOLEH disembah (sebagaimana yang dilakukan oleh umat lain), sekaligus rasul yang TIDAK BOLEH didustakan. Akan tetapi harus ditaati dan diikuti.
Makna Shahadat Rasul ini adalah sesuai dengan kalimat shalawat yang sering kita ucapkan dalam setiap kesempatan yaitu "Allahumma shalli 'ala habibikassayidina Muhammadin 'abduka wa nabiyuka wa rusulika...nabiyyil ummiyil wa 'ala alihi washohbihi wabarik wassaliim.."
~ Siapa yang menaatinya akan masuk surga dan siapa yang mendurhakainya masuk neraka. Selain itu kita juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan syariat sama saja apakah mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sektor maupun mengenai keputusan halal dan haram. Semua itu tidak diperbolehkan kecuali lewat Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang bisa menyampaikan syariat-Nya.
* Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Allah ta’ala berfirman :
ًوَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS Al Hasyr [59]:7)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu". (QS Muhammad [47]:33)
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati." (An Nisa’ [4]:65)
Makna ketiga ayat:
- Pada ayat pertama Allah memerintahkan kaum muslimin supaya menaati Rasul-Nya Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada seluruh yang diperintahkannya dan berhenti dari seluruh yang dilarangnya. Karena beliau memerintah hanyalah berdasarkan dengan perintah Allah dan melarang berdasar larangan-Nya. Dan Allah mengingatkan ancaman akan siksanya yang keras bagi siapa saja yang mengingkari perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya,
- Pada ayat kedua, mengisyaratkan bahwa tidaklah dikatakan orang yang beriman kepada Allah bila tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah dan Rasulnya.Sedangkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah limpahan ampunan-Nya kepada mereka.
- Pada ayat ketiga, Allah bersumpah dengan diri-Nya yang suci bahwa sah iman seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ia mau berhukum kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam perkara yang diperselisihkan antara dia dengan orang lain, kemudian ia puas keputusannya dan menerima dengan sepenuh hati. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia tertolak. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya ”
Amalan yang dianggap termasuk agama namun tidak ada contohnya dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dikenal dengan istilah bid'ah.
Orang-orang munafik dan kafir akan selalu berusaha menghalangi umat islam melaksanakan syariatnya dgn segala cara.
Firman Allah:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُوداً
"Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul",niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (QS An-Nissa [4]:61)
Dari Anas bin Malik r.a., katanya Rasulullah Saw bersabda:
"Belum sempurna iman seseorang kamu, sebelum ia mencintaiku,melebihi cintanya kepada anak-nya, kepada bapaknya dan kepada manusia seluruhnya." (HR Muslim.No.35).
Dari Abu Hurairah r.a, katanya Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Setiap Nabi mempunyai do'a mustajab (do'a yg pasti diperkenankan). Karena itu, para Nabi segera memanfaatkan do'anya itu. Tetapi aku, akan kumanfaatkan nanti untuk membela umatku di hari kiamat. Insya Allah doaku itu akan mencapai setiap umatku yang mati dgn tidak menyekutukan Allah."
Dalam hadis lain yang hampir sama:
Tetapi aku, insya Allah akan mengundurkan do'aku itu utk membela umatku kelak di hari kiamat." (HR Muslim No.159-160).
Begitu besarnya rasa cinta dan kasihsayang baginda Rasulullah Saw kepada umatnya. Tidakkah sudah semestinya kalau kita selalu bershalawat untuk beliau agar kelak memperoleh syafaatnya?
Oleh sebab itu, kepada kita umat Islam diianjurkan agar memperbanyak bershalawat atas Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam agar hubungan bathin antara umat dan Rasul-Nya tersambung sehingga beliau Sallallahu ‘Alaihi Wasallam kelak akan mengenal kita dan kita pun akan mengenal beliau dan akan memberikan syafaat-nya kepada kita disaat sedang berkumpul menunggu giliran hisab di yaumil akhir kelak.
Bagaimana cara Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam mengenali umat-nya di yaumil akhir kelak?
Pada hari kiamat nanti, umat Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam akan tampil beda dengan ummat-umat yang lainnya sehingga mudah dikenali. Ummat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam akan terbedakan dengan cahaya yang memancar dari bekas anggota wudhu'nya.
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
"Sesungguhnya ummatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan, dan kedua kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu'. (HR Al Bukhari no.136 dan Muslim no.246)
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam ditanya: "Bagaimana Anda mengenali ummat anda yang belum datang tetapi akan datang sepeninggalmu di hari kemudian, ya Rasulullah?" Maka Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: "Bagaimana pendapat anda, jika seseorang mempunyai kuda putih kening (dahi), putih kaki dan putih tangannya, kemudian kuda itu berada ditengah-tengah kerumunan kuda-kuda lain yang semuanya berwarna hitam, dapatkah orang itu mengenali kudanya?"Jawab mereka, "Tentu, ya Rasulullah. Tentu dapat!". Sabda Nabi Saw., "Nah! Mereka itu akan datang nanti dalam keadaan putih bercahaya-cahaya mukanya, tangan dan kakinya, karena bekas wudhu'. Dan aku mendahului mereka datang ke telagaku." (Shahih Muslim-No. 195)
Hadits-hadits diatas menjelaskan bahwa umat Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam yang bercahaya -cahaya pada hari kiamat kelak disebabkan karena amalan Wudhu'. Tentunya, siapa yang tidak pernah ber-wudhu', maka bagaimana mungkin dia akan bercahaya, sehingga dengan tanda khusus tersebut, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam akan mengenalinya sebagai salah satu dari umatnya?
Kapan saat-saat yang di sunnahkan kepada kita ummat-nya untuk bershalawat Nabi?
Di dalam kitab Jila’ul Afham, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menyebutkan 40 tempat yang disunnahkan untuk mengucapkan shalawat. Di antaranya adalah sebagai berikut;
- Sebelum berdoa, sebagaimana disebutkan oleh Fadhalah bin ‘Abid: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa.” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya: “Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
- Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau, berdasarkan kepada sabda Rasulullah saw: “Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” (H.R. Tirmidzi dan Hakim)
- Dianjurkan memperbanyak shalawat Nabi pada hari Jum’at, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari ‘Aus bin ‘Aus: “Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku." (R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim)
- Ketika masuk dan keluar masjid, sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan dari Fatimah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah: ”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.” “Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan: “Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” (H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
- Ketika Shalat jenazah. Disyari’atkan bershalawat pada shalat jenazah setelah takbir yang kedua didasarkan atas hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra, bahwa beliau diberitahu oleh seorang shahabat nabi; Bahwa sunnah di dalam shalat bagi mayat adalah imam bertakbir, kemudian membaca Fatihatul Kitab (surat al-Fatihah) setelah takbir pertama, kemudian bershalawat kepada Nabi saw (Hadis Shahih, diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan yang lainnya).
- Ketika Sedang berdo'a {krn berdo'a tanpa bershalawat, tidak akan sampai kehadlirat-Nya, namun hanya tergantung-gantung antara langit dan bumi}
- Setiap kali azan selesai di lantunkan oleh mua'dzin
- Ketika berada di dalam satu majelis zikir atau ta'lim
- Saat khutbah Jum'at {bagi seorang khatib)
KEUTAMAAN BERSHALAWAT NABI
- Shalawat kita akan disampaikan kepada Rasulullah oleh malaikat khusus.
- Untuk 1x shalawat yang kita baca, akan mendapat ganjaran pahala 10 x balasan kebaikan dari Allah Ta'ala.
- Dihapuskan 10 kesalahan, diangkat 10 derajat tingkat untuknya disisi Allah.
- Malaikat akan mendo'akan seperti shalawat yang kita baca
- Siapa yang bershalawat berarti dia telah menempuh jalan ke syurga.
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan memberinya rahmat kepadanya sepuluh kali.”
Sebuah renungan:
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali ra di dalam kitabnya, Ihya, mengemukakan hadis dari Abdul Wahid bin Zaid yang menuturkan sebagai berikut:
“Pada suatu hari, saya bersama seorang teman keluar meninggalkan rumah untuk suatu keperluan. teman saya tidak henti-hentinya mengucapkan shalawat, baik di saat sedang berdiri, duduk, bergerak maupun diam. Ketika kutanyakan hal itu kepadanya, ia menjawab: “Baiklah akan saya beritahu Anda alasan mengapa saya selalu bershalawat atas Nabi SAW. Dahulu saya bersama ayah pergi ke Makkah untuk pertama kali. Dalam perjalanan berangkat saya ketiduran di suatu tempat. Dalam mimpi saya melihat seorang datang mendekatiku, lalu berkata, “Bangunlah. Allah telah mewafatkan ayahmu dalam keadaan wajahnya kehitam-hitaman!”
Saya bangun dalam keadaan takut dan bingung. Ayah kuhampiri dan kubuka kain penutup mukanya. Ternyata benar, ia telah menjadi mayit dan wajahnya tampak kehitam-hitaman. Saya sungguh ketakutan sekali. Beberapa saat kemudian, dalam keadaan bingung dan sedih, saya tertidur kembali. Kali ini saya mimpi lagi melihat empat orang lelaki berkulit hitam, masing-masing memegang tongkat besi. Tiba-tiba datang seorang lelaki berwajah rupawan berpakaian warna hijau. Kepada orang-orang yang berkulit hitam itu ia berkata, “Menyingkirlah kalian semua!” Lelaki rupawan itu lalu mengusap-usap muka ayahku dengan tangannya. Lalu mendekatiku seraya berkata, “Hai, bangunlah. Allah telah memutihkan muka ayahmu.” Aku bertanya,“Anda siapa?” Ia menjawab, “Aku Muhammad.”
Ketika bangun, saya segera menghampiri ayah dan kubuka kain penutup mukanya, dan ternyata wajahnya tampak keputih-putihan. Sejak itu saya tidak pernah meninggalkan shalawat kepada Rasulullah. [Disarikan dari Mutiara Zikir & Doa, Al-Habib Alwi bin Ahmad Alhaddad, hal. 111, cetakan I, penerbit Pustaka Hidayah]
Cara Bershalawat kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam
Di dalam firman Allah di atas, Allah memerintahkan agar dalam bershalawat diikuti dengan salam; “Bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Berdasarkan ayat tersebut yang utama adalah dengan menggandengkan shalawat dan salam, seperti shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah bentuk shalawat dan salam untuk beliau saw secara umum. Maka tidak benar kalau mengucapkan salam kepada Rasulullah saw tanpa diikuti dengan shalawat, atau shalawat tanpa salam, seperti ‘alaihis salam atau allahumma shalli ‘alaih saja.
Selain dalam makna umum, shalawat harus terdiri dari shalawat dan salam, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan contoh bacaan shalawat secara khusus, di dalam hadis disebutkan, dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Selain bacaan shalawat tersebut, masih ada beberapa riwayat lain yang menyebutkan bacaan shalawat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam saw.
Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.
Mengingat benyaknya jasa Rasul kepada kita, tentu layak kalau kita mendo’akan beliau. Terlebih lagi karena do’a itu bukan untuk beliau sendiri, tetapi untuk kita sendiri. Sebab ketika kita mengucap shalawat, banyak keutamaan yang diberikan kepada kita. Maka orang yang tidak mau mengucap shalawat kepada Nabi saw adalah sebuah tindkan kurang ajar, sekaligus sombong. Setidaknya kekurangajaran itu digambarkan di dalam riwayat dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
Kesalahan yang Berkait dengan Shalawat
Dalam melaksanakan perintah Allah untuk bershalawat kepada nabi Muhammad saw ini, ada beberapa kekeliruan yang biasa dilakukan oleh umat Islam. Di antara kekeliruannya adalah mengkhususkan waktu yang tidak ditentukan oleh Rasulullah untuk bershalawat. Dan ada juga yang membuat bacaan shalawat yang bertentangan dengan kaidah umum dalam Agama Islam. Di antara kekeliruan itu antara lain;
1. Mengkhususkan shalawat pada bulan Rabi’ul Awwal. Di bulan Rabi’ul Awwal ini sebagian kaum muslimin mengadakan peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Di antara bentuk peringatan yang dilakukan adalah dengan memperbanyak membaca shalawat dan berzanji. Tindakan ini termasuk ke dalam bid’ah, meskipun pada dasarnya membaca shalawat itu ada perintah dari Allah dan juga sunnah Rasulullah saw. Sebab Alah dan RasulNya tidak pernah menentukan bulan Rabi’ul Awwal sebagai bulan shalawat, sebagaimana yang mereka lakukan. Berbeda halnya dengan hari Jum’at, memang kita diperintahkan untuk meperbanyak bacaan shalawat kepada Rasulullah saw.
2. Membaca shalawat-shalawat bid’ah, bahkan syirik, seperti shalawat Badar dan Shalawat Nariyah. Shalawat sudah sangat masyhur, bahkan banyak didendangkan di dalam nasyid, yaitu "shalatullah salamullah, ‘ala thaha Rasulillah." Kekeliruan shalawat ini adalah bertawasul dengan nabi, bahkan para pahlawan perang Badr. Perhatikanlah bagian dari shalawat itu, “tawassalna bibismillah, wabil hadi Rasulillah, wakulli mujahidilillah biahlil badri yaa Allah” (kami bertawasul dengan Nama Allah, dan juga dengan pembawa hidayah, Rasulullah, dan juga bertawassul dengan seluruh mujahid Allah, dengan para pahlawan badar, Ya Allah.”)
Sedangkan shalawat Nariyah, adalah “Allahumma shalli shalatan kamilah….” Kekeliruannya, di dalam shalawat ini disebutkan bahwa Nabi Muhamad adalah pelepas segala problem kehidupan, sebagaimana disebutkan di dalam baitnya, “tanhallu bihil uqad, wa tuqdlo bihil hawa’ij..” (dengannya (Nabi Muhammad saw) segala ikatan akan lepas, dan segala kebutuhan akan dipenuhi)
Shalawat semacam ini bermasalah, tetapi cukup poluler di hampir semua lapisan kaum muslimin di Indonesia hari ini. Ketika ada upaya untuk mengingatkan mereka, maka tiba-tiba mereka marah. Dalam keadaan marah itu lah lalu mereka menuduh orang yang mengingatkan kekeliruan dalam bershalawat sebagai kelompok anti shalawat. Ini adalah sebuah tuduhan yang kelewat batas. Sebab yang ditolak bukan shalawat yang benar, tetapi yang ditolak adalah shalawat yang tidak benar.
TELAGA RASULULLAH
Di yaumil akhir nanti, Nabi Saw di anugerahi Allah sebuah Telaga bernama Al-Kautsar yang luasnya sejauh sebulan perjalanan-setiap sisinya sama panjangnya., airnya lebih putih dari perak-; aromanya lebih harum dari kesturi. Gemerlapan cahayanya bagaikan sinar bintang di langit..
Sabda Nabi Saw: "ku mendahului kalian ke telaga. Siapa yg datang ke telaga itu dia boleh minum, dan siapa yang minum air telagaku maka ia tidak akan haus selama-lamanya. Akan datang kepadku orang banyak, yang aku mengenal mereka dan mereka pun mengenalku. Sesudah itu diadakan dinding yang membatas antaraku dengan mereka."
* Kalimat “Aku mengenalnya dan mereka pun mengenalku,” menyiratkan bahwa hubungan bathin antara Nabi Saw dgn umatnya adalah melalui sarana 'shalawat.
Simak lebih jauh kajian tentang Shalawat Nabi di Search Pro
0 komentar:
JANGAN RAGU!
Tuliskanlah apa yang ingin anda sampaikan ... !